Tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae) berkembang biak dengan biji dan bukan dengan spora seperti halnya tumbuhan lumut dan paku. Namun demikian, bijinya masih terbuka, artinya bijinya tidak terbungkus oleh daun buah. Biasanya, biji dihasilkan di dalam struktur yang disebut runjung atau strobilus atau konus seperti yang terdapat pada runjung pinus sehingga disebut tumbuhan konifer.
Pada umumnya, tumbuhan kelompok gymnospermae mempunyai daun yang sempit dan tebal, dan ada yang berbentuk jarum, berbentuk strip, berbentuk pita, serta berdaun lebar dan tipis. Tumbuhan biji terbuka tidak pernah menghasilkan bunga.
PERKEMBANGBIAKAN GYMNOSPERMAE
Perkembangbiakan gymnospermae ditunjukkan dalam suatu siklus hidup. Perhatikan salah satu contoh siklus hidup tumbuhan gynospermae yaitu pada siklus hidup pinus di bawah ini :
|
Siklus Hidup Tumbuhan Pinus |
Pohon pinus merupakan suatu sporofit. Sporofit pada sebagian besar spesies mengandung konus serbuk sari dan konus yang berevolusi. Konus serbuk sari mengandung ratusan mikrosporangia yang disimpan dalam daun reproduksi kecil yang disebut sporofit. Sel-sel dalam mikrosporangia mengalami pembelahan meiosis yang menghasilkan mikrospora haploid yang berkembang menjadi butiran serbuk sari. Suatu konus yang berevolusi terdiri atas banyak sisik (sporofil) yang masing-masing sporofil mengandung dua bakal biji. Masing-masing bakal biji memiliki sporangium yang disebut nuselus yang terbungkus dalam lapisan integumen dengan sebuah mikropil.
Selama penyerbukan, serbuk sari yang dihembuskan oleh angin jatuh pada konus yang berevolusi dan ditarik ke dalam bakal biji melalui mikropil. Butiran serbuk sari berkecambah dalam bakal biji. Pembuahan umumnya terjadi lebih dari satu tahun setelah penyerbukan. Selama satu tahun, sel induk megaspora mengalami pembelahan meiosis untuk menghasilkan empat sel haploid. Salah satu dari sel itu bertahan hidup sebagai megaspora yang kemudian menjadi gametofit betina. Dua atau tiga arkegonia masing-masing dengan sebuah sel telur berkembang di dalam gametofit tersebut. Saat sel telur sudah siap dibuahi, dua sel sperma telah berkembang pada gametofit jantan (butiran serbuk sari) dan tabung serbuk sari telah tumbuh melalui nuselus sampai ke gametofit betina.
KLASIFIKASI GYMNOSPERMAE
Secara garis besar gymnospermae dikelompokkan menjadi beberapa kelas yaitu kelas cycadinae, coniferae, gnetinae, dan ginkgoinae.
|
Contoh Tumbuhan Gymnospermae - Cycas Rumphii (sumber gambar : id.wikipedia.org) |
Kelas Cycadinae
Pada umumnya, tumbuhan kelompok cycas termasuk dioecious (satu pohon hanya mempunyai satu sel kelamin), mempunyai kulit biji yang tebal dan bersifat perenial (dapat hidup terus-menerus selama beberapa tahun).
Daun-daun tersusun secara melingkar di ujung batang, tidak memiliki stipula (struktur mirip daun yang biasanya melingtangi tunas aksilar), dan susunan tulang daunnya menyirip. Pada saat masih muda, daun tertutup rambut halus. Di antara daun-daunnya disisipi oleh daun kecil yang menyerupai titik yang disebut katafil. Sporofil dari kedua jenis kelamin bersifat sederhana dan bergabung membentuk runjung (kecuali pada Cycas). Sporofil jantan membawa sejumlah sporangia pada permukaan bawah. Sporofil betina mempunyai struktur yang sederhana dan berbentuk bulat, sedangkan Cycas terbelah.
Kelompok cycadinae mempunyai biji yang besar dan mempunyai dua lapisan kulit biji. Bagian dalam lapisan kayu dan bagian luar lapisan berdaging dan kering berwarna-warni. Akar Cycas termasuk jenis heteromofik (ukurannya berbeda untuk setiap tingkatan), makin jauh dari batang, ukurannya makin kecil. Akar berfungsi menyerap air sehingga terlindungi dari bahaya kekeringan. Pada Cycas sering muncul akar koraloid yang berfungsi untuk melawan pengaruh gravitasi dengan membentuk percabangan dikotom yang meluas dengan cabang-cabang yang memendek, menebal, dan sering bersimbiosis dengan sinobakteri. Bakteri tersebut mengikat nitrogen dari udara dan mendulang kebutuhan nutrisi tumbuhan sehingga memberikan nutrisi pada tanah yang kurang subur. Beberapa contoh spesies cycadinae misalnya Zamia sp. dan Cycas rumphii yang dimanfaatkan sebagai tanaman hias.
Kelas Coniferae
Contoh tumbuhan coniferae yaitu tusam (Pinus merkusii) dan pohon damar (Agathis alba). Daun jarum coniferae tidak pernah gugur selama musim dingin sehingga disebut juga tumbuhan yang selalu hijau (evergreen tree). Coniferae memiliki siklus hidup mengikuti suatu pola pergiliran keturunan. Generasi sporofit (diploid) merupakan tumbuhan itu sendiri, sementara itu generasi gametofit (haploid) ialah keadaan mikroskopis di dalam runjung konus.
Terdapat dua tipe runjung pinus, yaitu runjung betina yang strukturnya lebih besar dan banyak mengandung kandung lembaga yang akan menghasilkan gametofit betina dan runjung jantan yang strukturnya lebih kecil dan berfungsi menghasilkan gametofit jantan (spora).
Kelas Gnetinae
Salah satu tumbuhan gnetinae yang sering dijumpai yaitu melinjo. Melinjo dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yaitu daun muda dan buahnya dapat digunakan sebagai bahan sayur atau juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan membuat emping melinjo dari buah melinjo yang sudah tua.
Kelas Ginkgoinae
Tumbuhan ginkgo menghasilkan biji di ujung cabangnya dan bijinya tidak dilindungi oeh runjung. Daunnya berbentuk kipas dan tumbuh membesar pada ujung tunas pada cabang pohon.
Tumbuhan jantan menghasilkan serbuk yang mengandung sperma. Tubuhan betina menghasilkan kandung lembaga berpasangan yang tidak terlindungi dan terdapat pada ujung tunas. Setelah terjadi penyerbukan dengan bantuan angin, kandung lembaga jatuh ke tanah dan mulai berkecambah. Terdapatnya asam butirat dalam buahnya mengakibatkan bau menyengat sehingga pohon ini jarang digunakan sebagai tanaman hias.
SUMBER REFERENSI :
Santoso, Imam. 2007. Biologi - Pelajaran Biologi untuk SMA/MA Kelas X. Bekasi : Interplus