Bentuk karya sastra pada dasarnya dibedakan menjadi prosa, puisi, dan drama. Secara garis besar, puisi Indonesia digolongkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu puisi lama dan puisi baru / modern. Pengertian lama dan modern ini bukan sekedar menunjuk pada perbedaan waktu puisi ini lahir, melainkan pada ciri-ciri yang berlainan.
Puisi lama banyak dipengaruhi oleh kebudayaan Islam yang berkiblat pada sastra Arab dan sastra Hindu, sedangkan puisi modern merupakan hasil persentuhan dengan budaya eropa.
Salah satu ciri puisi lama adalah bentuknya sangat terikat pada sejumlah aturan. Sebagai contoh, jumlah baris dalam bait dan jumlah kata dalam satu baris puisi tidak boleh dibuat sesuka hati penulis, tetapi seakan-akan sudah dibakukan. Selain itu, puisi juga harus membentuk irama tertentu.
|
Menulis Puisi Lama
(sumber : sastralangit.wordpress.com) |
Penulis harus mengikuti pola-pola rima atau persajakan sehingga irama yang dihasilkan tidak menyimpang. Kedudukan aspek bentuk yang diwujudkan melalui bait, baris, kata, rima itu sangat penting sehingga terkadang makna atau isi puisi dikesampingkan. Banyak puisi lama yang hanya berupa rangkaian kata berima dan tidak mengandung makna.
Puisi lama juga mempunyai rima yang bermacam-macam, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Rima Silang : (a b a b)
- Rima Rangkai / kembar : (a a a a)
- Rima Peluk : (a b b a)
- Rima Retak : (a a a b ; a b a a ; a a b a)
Saat ini ada dua jenis puisi lama yang masih sangat populer dalam masyarakat, yaitu pantun dan syair. Meski sudah jarang dibuat secara sungguh-sungguh, dalam kesempatan-kesempatan tertentu kedua puisi lama itu masih digunakan untuk berbagai keperluan.
Pantun
Pantun, ialah sejenis puisi yang dilisankan dan biasanya memakai lagu. Bagi orang Melatu atau bangsa Indonesia, pada umumnya pantun dipakai untuk mencurahkan isi hati, menyatakan cinta kasih, suka duka, kerinduan, nasihat dan sebagainya.
Pantun memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut :
- Tiap-tiap bait terdiri atas empat baris.
- Tiap-tiap baris terdiri atas 8 - 12 suku kata.
- Sajak akhir merupakan sajak silang (dirumuskan a b a b).
- Baris ke-1 dan ke-2 merupakan sampiran, sedangkan baris ke-3 dan ke-4 merupakan ini atau maksud dari pantun tersebut.
Contoh Pantun :
Kalau ada sumur di ladang
Dapatkah kita menumpang mandi
Kalau ada umur panjang
Tentulah kita bertemu lagi
Air dalam bertambah dalam
Hujan di hulu belumlagi teduh
Hati dendam bertambah dendam
Dendam dahulu belum lagi sembuh
Syair
Syair adalah puisi lama yang berasal dari bahasa Arab. Puisi ini muncul ke Indonesia setelah agama Islam beserta kesusastraan Islam tersebar di Indonesia. Oleh Dr. C. Hooykaas diterangkan bahwa syair yang tertua dalam bahasa Melayu ialah yang terdapat di sebuah batu nisan di Minye Tujoh (Aceh).
Syair memiliki ciri-ciri yang hampir sama dengan pantun, hanya berbeda dalam persajakannya, syair bersajak (a a a a) dan semua baris merupakan isi (tidak ada sampiran).
Contoh Syair :
Setelah didengar raja betari
Murka baginda tidak terperi
Pedang terhunus baginda sendiri
Permaisuri tua memegangkan diri
Seraya katanya jangan begitu
Pandangkan mata saudaramu itu
Jika dibunuh bundanya sendiri
Jadilah dinda tidak begitu
SUMBER REFERENSI :
Buku Tuntas Bahasa Indonesia untuk Kelas X Semester I. 2010. Jakarta : Graha Pustaka