PENGERTIAN PENERJEMAHAN
Penerjemahan adalah pengalihan pikiran atau gagasan dari suatu bahasa sumber ke dalam bahasa yang lain. Penerjemahan adalah mengubah teks bahasa sumber ke dalam teks bahasa sasaran dengan mempertimbangkan makna kedua bahasa sehingga diusahakan semirip-miripnya, yang tak kalah pentingnya adalah terjemahan harus mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa sasaran (AP Sudarno, 2011).
Namun suatu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa struktur suatu bahasa akan sangat berbeda dengan struktur bahasa yang lain, walaupun kadang-kadang memang ada sebagian yang sama. Contohnya i have a pencil yang bermakna Saya memiliki (sebuah) pensil, We go to school every day yang diartikan Kami pergi ke sekolah setiap hari. Kesepadanan seperti yang ditunjukkan oleh kedua contoh tersebut tidaklah banyak, apalagi kalau sudah memasuki tataran teks yang kalimatnya cukup kompleks, sehingga makna terjemahannya tidak semudah seperti pada kalimat contoh di atas, karena setiap kalimat sudah mengandung unsur frasa dan kalusa yang perlu diperhatikan secara khusus.
|
Penerjemahan
(sumber : log.viva.co.id) |
Memang tidak sulit untuk mengalihkan makna kata dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran apabila kata tersebut lepas atau berdiri sendiri karena arti kata dapat dengan mudah ditemukan di kamus. Akan tetapi apabila bentuk bahasa yang berupa kata sudah bergabung menjai frasa, kalimat, paragraf, dan bahkan wacana, struktur tetap menjadi pertimbangan dalam memaknai bentuk. Bahkan penerjemahan wacana tidak dapat hanya sekedar melihat teks secara keseluruhan dan kemudian mencarikan padanan yang sedekat-dekatnya dalam bahasa sasaran. Dalam menerjemahkan, bentuk tidak harus dipertahankan, namun makna atau isi pesan tidak boleh diubah.
Dalam aktivitas penerjemahan, seringkali kita juga menjumpai ungkapan idiomatik, peribahasa dan perumpamaan. Apabila kita menjumpai kasus seperti ini, pengalihan makna harus dicarikan padanan yang tepat, bahkan kalau dalam bahasa sasaran ada idiom, peribahasa, dan atau perumpamaan yang sama maknanya maka bentuk tersebut yang kita sampaikan sebagai padanannya, terkadang arti kata dalam sebuah idiom berbeda dengan arti kata dalam kamus atau mempunyai makna lain. Karena kata tersebut sudah bergabung dengan kata lain yang membentuk bentuk di atas tataran kata, yaitu idiom. Sehingga padanan yang sedekat-dekatnyaah yang harus dituliskan dalam bahasa sasaran tanpa meninggalkan pesan atau amanat aslinya.
Sehubungan dengan masalah gaya bahasa, seringkali seorang penerjemah akan berhadapan dengan persoalan yang sulit, yaitu persoalan antara memilih makna atau gaya bahasanya. Apabila penerjemah dalam melakukan penerjemahan mengorbankan makna dan mementingkan gaya bahasanya, maka hasil terjemahannya mungkin hanya akan berupa kesan dan gagal dalam menyampaikan pesan atau maknanya. Namun demikian, apabila penerjemah terlalu terikat pada pengalihan pesan atau isinya saja, biasanya mengakibatkan hilangnya sejumlah gaya bahasanya (Nida: 1964:164).
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas secara implisit dapat dikatakan bahwa kegiatan penerjemahan juga merupakan suatu ketrampilan (skill). Ketrampilan menerjemahkan dapat ditingkatkan dengan cara sering dan banyak melakukan kegiatan penerjemahan, membaca hasil terjemahan penerjemah lain, berkonsultasi dengan orang yang memiliki ilmu dari teks yang diterjemahkan, dan berkonsultas dengan orang yang ahli atau menguasai bahasa sasaran.
Penerjemahan juga membutuhkan seni dalam menyusun kembali hasil terjemahan ke dalam bahasa sasaran. Seni yang dimaksud di sini adalah seni agar bahasa yang digunakan mudah dipahami, tidak kaku, dan memiliki gaya bahasa sasaran tepat, sehingga tulisan yang dibaca merupakan hasil terjemahan atau dengan kata lain bahwa seolah-olah hasil terjemahan yang ditulis merupakan tulisan asli.
CARA MENDAPATKAN HASIL TERJEMAHAN YANG BAIK
Untuk mendapatkan hasil terjemahan yang baik, seorang penerjemah harus melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Pertama, menganalisis teks yang akan diterjemahkan termasuk didalamnya menangkap amanat yang terkandung dalam teks.
- Kedua, menentukan padanan yang tepat atau paling tidak yang sedekat-dekatnya termasuk berkonsultasi dengan ahli, baik bahasa sasaran maupun teks yang akan diterjemahkan.
- Ketiga, menyusun kembali atau merekonstruksi sesuai dengan bahasa sasaran.
- Keempat, apabila penerjemah telah melakukan hal-hal diatas, akan dapat diperoleh hasil teks bahasa sasaran sebagai berikut : a). Ungkapan yang wajar; b). yang berbau asing dihilangkan; c). tidak terikat dengan bahasa sumber; d). tidak ada penambahan dan pengurangan informasi yang tidak relevan sehingga tidak mengubah amanat.
SUMBER REFERENSI :
Sudarno, A.P. 2011. Penerjemahan Buku Teori dan Aplikasi. Surakarta : UNS Press
Artikel Terkait "Pengertian Penerjemahan" :