MANUSIA SEBAGAI UNSUR
PEMBENTUK LALU LINTAS
Manusia merupakan salah
satu unsur dalam lalu lintas yang spesifik, artinya setiap individu mempunyai
komponen fisik dasar tertentu dan nonfisik yang barangkali berbeda antara satu
dengan yang lainnya dalam hal kemampuannya. Komponen tersebut meliputi
pendengaran, penglihatan, tenaga, pendidikan, dan psikologis. Kombinasi
dari komponen tersebut akan menghasilkan satu perilaku pengambilan keputusan
yang berbeda pada saat menghadapi satu permasalahan lalu lintas.
Pengemudi
Karateristik
Pengemudi (PIEV)
- Perception. Suatu kesadaran akan adanya suatu
obyek yang datang dari luar sehingga dibutuhkan suatu respon atau
tindakan.
- Intelection atau identification. Proses
identifikasi atau interprestasi terhadap obyek.
- Emotion atau decision. Penentuan sikap atas
hasil telaah terhadap obyek tersebut, sehingga dihasilkan suatu kesimpulan
akan tindakan apa yang perlu diambil, apakah harus berhenti, cukup
mengurangi kecepatan saja, membelok ringan/membanting stir, menyalip, atau
cukup membunyikan klakson).
- Volition atau reaction. Suatu tindakan
nyata yang dilakukan sebagai hasil dari keputusan tahap
sebelumnya.
Waktu
PIEV
Total waktu yang
dibutuhkan oleh kendaraan mulai saat pengemudi melihat adanya suatu obyek, atau penghalang sampai dengan saat pengemudi melakukan tindakan
nyata ataupun menginjak rem yang dilakukan secara berurut (sequence)
pada proses PIEV. Waktu PIEV biasanya berkisar antara 0,2 – 1,5 detik, dan
untuk keperluan disain ditetapkan 2,5 detik (AASHTO).
Faktor
Pendengaran
Faktor pendengaran tidak
begitu penting bagi pengemudi, namun akan sangat penting bagi pengguna jalan
lainnya seperti pejalan kaki (pedestrian) dalam hal bunyi klakson, bunyi
musik, atau juga bunyi mesin.
Perilaku
Pengemudi
Kombinasi kondisi fisik
dan psikologis seseorang akan menggambarkan suatu perilaku pengemudi. Perilaku
pengemudi dapat dipelajari dari pengawasan yang ditail dari aksi pengemudi,
tujuan pengemudi, dan kondisi psikologis dari pengemudi pada saat mengemudi di
jalan raya. Informasi perilaku pengemudi dapat dikumpulkan dari intreaksi
sesama pengemudi, interaksi pengemudi terhadap lingkungan jalan dan interaksi
pengemudi dengan perlengkapan kendaraannya.
Interaksi sesama
pengemudi menciptakan suatu kondisi arus lalu lintas yang tertentu
seperti terbentuknya platoon, terjadinya gerakan
menyiap, jarak bebas antar kendaraan, maupun distance headway yang
ada dalam suatu arus lalu lintas. Sedangkan interaksi antara pengemudi terhadap
lingkungan jalan bisa dilihat dari kepatuhan pengemudi terhadap rambu-rambu
yang ada di sekitar jalan sebagai contoh kepatuhan pengemudi terhadap batas
kecepatan yang diijinkan, menaikkan atau menurunkan penumpang pada tempatnya,
melanggar marka jalan, ngetem di sembarang tempat, dan lain sebagainya.
Interaksi pengemudi terhadap perlengkapan kendaraan antara lain bisa dilihat
dari penggunaan lampu belok kanan atau belok kiri, penggunaan
bel, dan lain sebagainya.
Perilaku pengemudi akan
menentukan kinerja lalu lintas yang terjadi, selain itu perilaku pengemudi
diperlukan untuk mendisain alat kontrol kendaraan, rambu, dan efek obat
terlarang dan minuman beralkohol terhadap kinerja pengemudi. Beberapa studi
perilaku pengemudi yang dilakukan saat ini memberikan kontribusi terhadap
pemahaman akan keselamatan (safety).
Penumpang
Penumpang
sebenarnya merupakan pihak yang pasif dalam suatu aliran lalu lintas, namun
demikian mempunyai andil dalam penciptaan ketertiban lalu lintas terutama
pada angkutan / kendaraan umum (public transport) . Perilaku penumpang
yang tidak tertib terhadap aturan akan memperburuk kondisi lalu
lintas.
Penumpang yang baik akan
memahami akibat yang akan terjadi terhadap tindakan yang diperbuatnya, misalkan
menghentikan kendaraan di sembarang tempat sehingga kendaraan berhenti mendadak
dan berada di tengah jalan atau bahkan di tengah simpang sehingga akan mengganggu
kendaraan lainnya. Atau memerintahkan sopir untuk berhenti di tempat yang tidak
layak sesuai dengan keinginannya agak dia tidak perlu berjalan kaki. Semua
tindakan tersebut akan memicu terjadinya kemacetan dan bahkan mungkin
kecelakaan. Memang sebenarnya sekalipun penumpang melakukan hal-hal tersebut
tetapi pengemudi tetap dalam kondisi tertib, pelanggaran tidak akan
terjadi. Masalahnya sekarang ini pengemudi merasa takut akan kehilangan
penumpang karena diserobot oleh kendaraan lain apabila tidak memenuhi keinginan
penumpang.
Kesimpulannya, pengemudi
dan penumpang perlu diberikan pemahaman tentang bagaimana berlalu lintas yang
baik agar keduanya dapat saling menjaga. Selain itu diperlukan tindakan hukum
yang jelas terutama kepada para pengemudi yang melanggar agar ada efek jera.
Pejalan Kaki
(Pedestrian)
Sama dengan penumpang
sebenarnya merupakan pihak yang pasif dalam suatu aliran lalu-lintas, namun
demikian mempunyai andil dalam penciptaan kelancaran arus lalu lintas terutama
saat menyeberang jalan sehingga tidak menciptakan hambatan samping baru.
Karakteristik utama pejalan kaki adalah berupa kecepatan tempuh yang sangat
rendah sehingga perlu diperhitungkan secara teliti dalam perencanaan fasilitas
untuk penyeberangan agar tidak mengganggu lalu lintas dan mengurangi kinerja
jalan.
SUMBER REFERENSI :
Catatan
Kuliah Rekayasa Lalu Lintas (September
2006). Universitas Sebelas Maret Surakarta.