KECEMASAN
Kita sering kali tidak menyadari mengapa sampai merasa dalam situasi yang penuh kecemasan. Kita pun tidak tahu mengapa kita bisa sampai merasa sakit perut debar jantung yang semakin kencang, atau napas ngos-ngosan. Ini membuat orang lain berfikir bahwa kita itu aneh atau tidak waras.
Akibatnya, kita justru merasa semakin cemas dari sebelumnya. Seorang akan mudah keluar dari masalah kecemasan jka tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Dengan mendapatkan berbagai informasi yang memadai, seseorang akan dapat mengurangi kebingungan, ketakutan, dan rasa malu yang kerap dirasakan. Kecemasan itu bukan perkara berat dan siapapun dapat mengatasinya.
|
Kecemasan dan Rasa Takut
(sumber : suksesitubebas.com) |
Dari sebuah tulisan berjudul "Healing Anxiety and Depression" milik Daniel G. Amen, MD, dipaparkan bahwa kecemasan dan depresi merupakan masalah kesehatan publik yang mendekati level epidemik di AS. Menurut sumber National Institute of Health, pasien penderitanya mencapai jumlah 38 juta per tahun. Sementara itu, 2 kali jumlah tersebut kemungkinan menderita kecemasan dan depresi. Angka yang sangat fantastis tentunya untuk sebuah negara maju. Memang belum dapat dipastikan apakah para penderita kecemasan dan depresi di Indonesia jauh lebih tinggi atau tidak.
Menurut Amen, akibat dari fenomena ini adalah rasa sakit yang diderita seseorang, permasalahan rumah tangga, gagalnya suatu hubungan, produktivitas yang menurun, dan kematian. Penelitian terakhir yang mempergunakan teknologi proyeksi otak memperlihatkan bahwa berbagai kecemasan dan depresi berperan dalam mendorong terjadinya disfungsi otak. Memang keduanya tidak dapat dilihat secara kasat mata, tapi membutuhkan penanganan yang optimal.
Dahulu, psikiater mendiagnosis kecemasan dan depresi berdasarkan atas kelompok-kelompok gejala ketimbang membandingkan dengan disfungsi otak. Melewatkan batas fungsi otak merupakan diagnosis yang lebih akurat dan jauh lebih ampuh dalam menyembuhkan penyakit tersebut. Namun sekarang, pendekatan yang tidak memperhatikan seputar fungsi otak dianggap tidak begitu efektif untuk mencapai kesembuhan maksimal.
Fakta Penting Mengenai Kecemasan
Ada beberapa fakta penting mengenai kecemasan yang perlu diketahui :
- Kecemasan adalah hal yang wajar. Orang dapat mengalaminya kapan saja. Misalnya, cemas ketika akan ujian, menikah, melakukan perjalanan, atau terjebak hujan.
- Kecemasan itu adalah sesuatu yang mudah diadaptasikan oleh diri. Kecemasan sebenarnya merupakan sebuah sistem dalam tubuh manusia yang membantu saat menghadapi sebuah hal berbahaya. Misalnya saja, cemas ketika akan meloncat dari atas gedung bertingkat. Atau, sebagai pemicu untuk bisa memberikan prestasi terbaik. Misalnya, dengan merasa cemas, kita akan termotivasi untuk mendapatkan hasil ujian yang paling tinggi di antara teman-teman lain. Ketika seseorang merasa dilanda kecemasan, maka adrenalin akan memberikan respons balik (atau dikenal dengan respons fight-flight-freeze).
- Kecemasan bukanlah hal yang berbahaya. Meskipun menjadi sesuatu hal yang tak nyaman, tapi kecemasan tidak berbahaya apalagi sampai melukai tubuh. Sebab, semua perasaan cemas yang muncul sebenarnya ada untuk melindungi tubuh dari ancaman bahaya.
- Kecemasan tidak berlangsung lama. Perasaan itu hanya akan muncul ketika ada bahaya dan otomatis menghilang ketika sumber bahaya sudah tidak ada.
- Kecemasan tidak dapat dikenali. Artinya, seseorang tidak bisa mengetahui ada orang lain disekitarnya yang merasa cemas karena tidak diekspresikan lewat wajah.
- Kecemasan dapat menjadi masalah tersendiri. Ini berlaku apabila tubuh memberikan reaksi terhadap bahaya yang sebenarnya tidak ada. Mungkin, ini tidak hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga terhadap orang lain.
- Masalah-masalah kecemasan adalah hal yang biasa. Setidaknya 1 dari 10 orang dewasa mengalaminya.
RASA TAKUT
Sama seperti dengan emosi-emosi lainnya, rasa takut adalah kesatuan reaksi yang muncul secara bersamaan, termasuk dengan ekspresi yang dapat terlihat, sebatas perasaan dalam diri, dan perubahan sikap. Sama seperti halnya dengan hewan, ada dua ekspresi yang tampak dari perilaku saat dihinggapi ketakutan, yaitu :
- Pertama, cenderung untuk terpaku atau membisu. Jika sampai ke level ekstrem maka bisa sampai pada kematian.
- Kedua, kaget, berteriak, kemudian berlari menjauhi sumber bahaya.
Ketakutan akan memunculkan perasaan-perasaan ngeri, mendorong untuk berlari, bersembunyi, menangis, membuat jantung berdebar kencang, membuat otot menjadi tegang, gemetar, dorongan untuk terkejut, tenggorokan dan mulut menjadi kering, sakit perut, mual, berkeringat, ingin buang air, mudah marah, sulit bernapas, geli di tangan atau kaki, tak berdaya, sendi terasa lumpuh, jatuh pingsan, merasa jauh dari realitas. Ketakutan yang berkelanjutan akan membuat seseorang sulit tidur atau mengalami mimpi buruk, gelisah, mudah terkejut, hilang nafsu makan, dan menghindari hal-hal yang menyebabkan ketakutan.
Rasa takut pun dapat menjadi penyelamat. Rasa takut merupaan bawaan makhluk hidup yang berfungsi untuk menghindari adanya ancaman dan sebagai bekal bertahan hidup. Ketakutan merupakan emosi yang dihasilkan oleh persepsi dari situasi bahaya yang akan datang atau sedang terjadi. Hal ini normal adanya apabila terjadi dalam situasi yang tepat.
Rasa takut dapat membantu kita agar selalu menyetir dengan hati-hati, teliti dalam ujian, berbicara dengan baik di depan orang, menjejakkan kaki dengan aman saat mendaki gunung, dan melihat keadaan jalan sebelum menyeberang jalan. Dalam bentuk yang ekstrem, rasa takut tidak hanya berguna, tapi juga dimanfaatkan untuk pengalaman yang menegangkan. Banyak orang yang sengaja mencari-cari bahaya dan menerjang rasa takutnya sendiri, seperti pada arena balap mobil, balap motor, aksi matador dan lainnya. Rasa takut yang berlebihan memang akan menggangu, terlalu sedikit pun akan membuat kita menjadi kurang berhati-hati.
SUMBER REFERENSI :
Lubis, Nisrina. 2010. Melawan Rasa Takut. Yogyakarta : Garailmu