Pada kesempatan ini kita akan kembali membahas salah satu jenis jenis fobia, setelah pada kesempatan yang lalu kita membahas masalah
dentophobia, yang akan kita bahas sekarang yaitu
agoraphobia atau sering disebut fobia terhadap tempat-tempat publik. Untuk lebih jelas mengenai hal tersebut, dapat di lihat pada uraian berikut ini.
Agoraphobia adalah ketakutan terhadap tempat-tempat publik dan juga tempat-tempat terbuka. Fobia ini diyakini telah berkembang menjadi serangan kepanikan yang kompleks. Takut dengan serangan panik yang lain, dimana tempat untuk menghindar sangat sulit atau sulit mendapatkan bantuan pada saat itu juga. Seseorang yang mengidap agoraphobia sebisa mungkin menghindari tempat-tempat ramai, seperti mall dan bioskop. Bisa juga menghindari kendaraan, pesawat, kereta bawah tanah, maupun sarana transportasi lainnya dan hanya merasa aman di rumah.
|
Agoraphobia
(sumber : doktergaul.com) |
Gejala-gejala fobia ini muncul di penghujung remaja dan pertengahan 30 tahun. Serangannya menurut penjelasan dalam healthyminds.com yaitu dapat muncul secara tiba-tiba atau berkala. Sebagian besar penderitanya pertama kali merasakan serangan panik yang spontan, perasaan takut yang luar biasa ditandai dengan keluarnya keringat, napas yang menjadi pendek-pendek, atau pingsan. Serangan ini bisa muncul sewaktu-waktu tanpa peringatan apa-apa sehingga yang bersangkutan sulit memperkirakannya.
MacKay mengatakan, agroraphobia dianggap sebagai fobia yang paling buruk. Rasa panik dapat datang silih berganti. Jika sudah demikian, penderitanya sulit keluar dari situasi tersebut dan kalaupun mencoba menghindar, dia akan merasa malu. Serangan panik dapat terjadi di dalam kereta bawah tanah sehingga sulit mencari tempat pelarian. Oleh karena itu, para penderitanya lebih memilih berada dalam rumah.
Lisa Capps dan Elinor Ochs (penulis buku Constructing Panic : The Discourse of Agoraphobia) mengatakan bahwa seseorang yang mengidap agoraphobia sering kali menggambarkan perasaan terjebak dalam ancaman kepanikan dan yakin tidak akan mampu merasa aman senyaman di rumah. Beberapa orang akan selalu dibayangi rasa ketakutan meskipun berada di rumah sendiri dan di temani. Ketakutan yang tidak masuk akal itu sulit dibuang jauh-jauh. Mereka menyadari bahwa mereka tidak berada di bawah ancaman bahaya, tetapi tetap saja merasa panik. Jika sudah memuncak, mereka merasa sendirian dan depresi.
Para ahli mencoba menemukan jawaban atas fenomena ini. Mereka terus meneliti perilaku manusia untuk mengetahui apa penyebab datangnya fobia ini dan bagaimana menanganinya, tetapi hal itu belum sepenuhnya terjawab hingga sekarang.
Psikiater John R. Marshall mengatakan, para fobik menganggap segala sesuatunya berbahaya dan tidak aman bagi mereka sehingga mereka lebih memilih berada di rumah atau benar-benar bergantung kepada orang lain. Marshall pernah menceritakan seorang pasiennya yang pada masa kuliah memiliki hal yang membuatnya panik. Pasien itu mengaku tidak pernah melewati ambang pintu rumahnya selama 20 tahun.
Karena sulitnya para penderita agoraphobia mengendalikan rasa panik, mereka pun merasa sudah begitu dekat dengan kematian. Fobia kompleks ini membuat seseorang hanya bisa pasrah pada keadaannya dan dokter pun belum bisa banyak membantu.
"Wanita mengidap ketakutan dua kali lebih banyak dari pria" oleh MacKay.
SUMBER REFERENSI :
Lubis, Nisrina. 2010. Melawan Rasa Takut. Yogyakarta : Garailmu
Artikel Terkait "Apa itu Agoraphobia?" :