Ada sebuah pertanyaan sederhana yang hingga kini sulit dijawab ketika memperingati hari pahlawan; Mengapa yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, selain para pejuang kemerdekaan hanya tentara, polisi, dan para pejabat terkemuka. Tidak adakah peluang bagi "rakyat biasa" untuk bisa mendapat kehormatan menjadi "pahlawan" dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan? Apakah gelar pahlawan hanya pantas dianugerahkan kepada mereka yang menyandang senapan, atau para pemimpin yang memiliki kedudukan tinggi dijajaran pemerintahan?
Pertanyaan itu akan berderet semakin panjang mengingat persyaratan untuk menjadi pahlawan ternyata juga sangat subyektif, dan sarat muatan politik. Presiden RI pertama Soekarno yang tidak lagi diragukan kepahlawanannya, sempat terkubur rapat peran kepahlawanannya ketika orde baru berkuasa. Beliau baru diakui "resmi" sebagai pahlawan setelah orde baru tumbang, dan baru tahun 2012 diangkat sebagai Pahlawan Nasional bersama Bung Hatta. Artinya status pahlawan ternyata bisa bergerak sesuai tafsir pemegang kekuasaan.
|
Petani Pahlawan Pangan
(sumber : gambarmewarnai.com) |
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kita bisa menjumpai makna kata pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; pejuang yang gagah berani. Dengan demikian, sebenarnya siapapun memiliki keberanian dan nilai perjuangan dalam bidang apapun bisa mendapat gelar sebagai pahlawan. Apapun profesi dan kedudukannya, ketika seseorang memiliki jasa pengorbanan bagi masyarakat dan negeri ini maka layak mendapat gelar sebagai pahlawan. Artinya secara subyektif sebenarnya kita bisa menemukan ribuan bahkan jutaan pahlawan yang bertebaran di negeri ini. Mereka tidak pernah berharap dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, atau mendapat surat keputusan resmi yang mengangkat mereka sebagai pahlawan. Mereka telah menjadi "pahlawan" bagi keluarga, lingkungan dan juga negeri ini.
|
Kegiatan para petani di sawah
(sumber : kab-lampungselatan.bpn.go.id) |
Dengan pemahaman seperti itu, maka jutaan petani di negeri ini sebenarnya juga telah menjadi pahlawan sejati. Perjuangan dan pengorbanan mereka membuat jutaan orang di negeri ini bisa makan, kenyang dan sehat. Mereka adalah pahlawan pangan yang membuat warga negeri ini bisa melakukan aktivitas apapun setelah perutnya terisi penuh. Pengorbanan mereka sudah tidak lagi terukur, karena mereka harus menghadapi berbagai rintangan, ujian dan cobaan dalam melakukan aktivitas usaha taninya. Mereka tidak saja harus berperang melawan tikus, wereng, banjir, kekeringan dan berbagai hambatan lainnya, tetapi mereka juga harus berjuang melawan fluktuasi harga komoditas pertanian yang sering tidak memihak pada mereka.
Meskipun gelar pahlawan tidak pernah mereka sandang, sesungguhnya para petani adalah pahlawan sejati. Berbeda dengan profesi guru yang peran dan fungsi yang hampir sama pentingnya bagi perjalanan panjang negeri ini, para guru lebih beruntung karena mereka telah mendapat "status" resmi sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Penghargaan pada guru juga semakin baik dengan pemberian gaji, fasilitas, dan perhatian yang lebih baik dari pemerintah. Sementara para petani justru semakin tenggelam dalam kesulitan hidup, lahan yang semakin sempit, pendapatan yang terus merosot. Para petani tidak pernah mengharapkan sanjungan apalagi gelar sebagai pahlawan pangan. Namun penghargaan yang sepantasnya, terutama perhatian dan perlindungan terhadap aktivitas usaha taninya akan membuat mereka terus lebih semangat menanam untuk menyediakan pangan bagi seluruh penduduk negeri ini (Eko Setijono).
FAKTA PETANI PAHLAWAN PANGAN
- Petani negeri ini sejatinya adalah "Pahlawan Pangan Tanpa Tanda Jasa". Bayangkan setiap tahun petani pangan yang 15 jutaan atau sekitar 6 persen mengusahakan sawahnya yang hanya 11 juta hektaran tanpa mempedulikan untung atau rugi. petani adalah "mega investor" agro negeri ini.
- Bayangkan, tidak kurang dari Rp 66 triliun petani berinvestasi dalam bentuk saprotan dan tenaga kerja. Sementara bantuan kredit di sektor pertanian pangan masih rendah.
- Petani tetap berjuang sendiri menanam aneka jenis tanaman terus-menerus tanpa henti. Meski resiko banjir, gagal panen, puso namun tetap mereka hadapi.
- Produktivitas padi nasional selama 20 tahun terakhir nyaris "landai" tanpa ada lonjakan berarti. Itu artinya, pendapatan petani juga cenderung landai.
- Petani pangan adalah "penjaga" stabilitas nasional. Bayangkan kalau petani-petani negeri ini mogok tanam pasti akan terjadi kegoncangan. Oleh karena itu pemerintah harus mensejahterakan petani (M. Sholeh).
SUMBER REFERENSI :
Tabloid Sahabat Petani Edisi 23 / Nopember 2012
Artikel Terkait "Petani Pahlawan Pangan" :