Erosi dasar sungai pada sungai alamiah biasanya terjadi pada alur lurus. Pada bagian ini, arus air mempunyai tegangan gesek yang tinggi terhadap dasar sungai yang disebabkan oleh tingginya kemiringan memanjang saluran dan tingginya kecepatan arus.
Pada sungai yang telah dibangun atau diluruskan, erosi dasar saluran disebabkan karena peningkatan kemiringan yang sangat tajam dan alur yang lurus. Pembangunan ini telah menyebabkan rusaknya struktur dasar sungai yang ada dan selanjutnya erosi vertikal. Jika proses erosi vertikal ini berjalan terus-menerus dan secara tidak langsung tidak bisa dihilangkan, maka harus dilakukan penanganan untuk mencegah erosi dasar sungai tersebut. Berikut ini diuraikan beberapa konstruksi sederhan - tepat guna untuk perlindungan dasar sungai.
Bendung Rendah pada Dasar Sungai dengan Kayu Mati
Pada sungai alamiah (sungai kecil) sering dijumpai sisa-sisa kayu mati yang terbawa arus dan tersangkut dalam posisi melintang sungai. Kemudian lambat laun terjadi penumpukan ranting-ranting kecil di atas kayu tersebut hingga terbentuklah bendung rendah. Bendung rendah dari kayu mati ini merupakan struktur sungai yang berfungsi secara hidraulik sebagai retensi dan mencegah erosi dasar sungai.
Secara ekologi merupakan faktor yang mendukung dinamik sungai. Dengan dinamik sungai yang tinggi akan memperbaiki kualitas ekologi sungai serta meningkatkan kemampuan perbaikan kualitas air sungai. Proses alamiah ini dapat ditiru dengan jalan meletakkan kayu mati melintang sungai. Panjang kayu harus lebih panjang daripada lebar sungainya. Jenis kayu yang digunakan adalah kayu yang biasa ada di kanan kiri sungai atau di lokasi sungai yang bersangkutan.
|
Bendung rendah pada dasar sungai dengan kayu mati (Patt et al, 1999) |
Bendung Rendah dari Batu Lepas
Ada dua macam bendung rendah dengan batu, yaitu yang tidak mencapai permukaan air dan yang melebihi permukaan air (pada muka air normal). Pada sungai alamiah, selalu ditemukan konstruksi bendung rendah yang terbentuk secara natural. Proses pembendungan alamiah ini dapat diaplikasikan pada sungai yang dasarnya rusak oleh kejadian tertentu. Caranya dengan menyusun batu-batu lepas secara melintang sungai. Air terbendung, namun masih dapat menerobos di antara celah-celah batu. Turbulensi yang ditimbulkan dapat meningkatkan kandungan oksigen dan mengurangi energi potensial aliran sehingga erosi dapat dikurangi.
|
Bendung rendah dari batu lepas (Patt et al, 1999) |
Pada sungai-sungai yang dasarnya berbatu, selalu ditemukan ripple dan pool. Terjadinya bendung rendah ini disebabkan karena aliran air sepanjang sungai mengalami hantaman oleh gesekan material secara tidak seragam. Akhirnya batu-batuan akan terakumulasi di suatu tempat membendung air, sehingga muka air naik dan timbul terjunan yang membentuk kolam (pool). Setelah mencapai beberapa step akan terjadi akumulasi batu-batu besar lagi dan membentuk ripple yang bisa disebut juga bendung rendah.
Perlindungan Dasar Sungai dengan Batu-Batu Lepas
Dasar sungai yang tererosi dengan intensif tidak bisa diatasi dengan bendung kayu mati atau bendung rendah. Salah satu metode penanggulangannya yaitu dengan pemasangan batu-batu lepas sepanjang dasar sungai yang tererosi. Batu-batu tersebut disusun dengan konstruksi menyerupai ripple dan pool seperti pada gambar berikut.
|
Perlindungan dasar sungai dengan batu-batu lepas
(Patt et al, 1999) |
Penggunaan bio-engineering ataupun konsep eko-hidraulik untuk perlindungan dasar sungai, sebagai usaha preventif maupun setelah terjadinya kerusakan, masih sangat perlu dimasyarakatkan. Dengan metode ini diperoleh beberapa keuntungan, antara lain dapat berfungsi sebagai :
- Alat pengendali banjir atau meretensi banjir.
- Menjaga kelsetarian ekologi.
- Meningkatkan daya tahan terhadap erosi.
- Biaya sangat murah dibanding dengan konstruksi permanen.
- Serta pemeliharaannya sangat murah.
Masyarakat dan para Ahl Teknik Sipil Hidro serta praktisi tidak perlu melihat eko-engineering sebagai teknologi tradisional yang sudah ketinggalan jaman. Karena metode eko-engineering dewasa ini justru sedang gencar dikembangkan di negara-negara maju seperti Jerman, Belanda, Kanada, dan Amerika Serikat. Masyarakat Indonesia banyak memiliki teknologi eko-engineering yang dapat diadopsi dan dikembangkan dengan pendekatan ilmiah.
SUMBER REFERENSI :
Maryono, A., 2005. Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai. Yogyakarta : Magister Sistem Teknik Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada
Artikel Terkait "Perlindungan Dasar Sungai" :