Jalan merupakan salah satu elemen lalu lintas di samping pemakai jalan dan kendaraan. Sebagai tempat berjalannya lalu lintas elemen ini harus direncanakan dengan baik sesuai dengan standar disain yang telah ditetapkan. Di Indonesia standar yang berlaku adalah "standar dari Bina Marga" yang merupakan adopsi dari sistem yang dipakai di Amerika yakni sistem AASHTO (American Association of State Highway and Transportation Officials) yang telah dimodifikasi dengan kondisi Indonesia.
Satu disain geometrik jalan raya yang baik akan mampu memberikan pelayanan yang maksimal terhadap aspek keselamatan, efisiensi, kelancaran lalu lintas, serta efek sosial, dan dampak lingkungan yang sekecil-kecilnya. Untuk menunjang keberhasilan pencapaian terhadap tujuan tersebut perancang (designer) harus berpegang paling tidak pada empat konsep yakni : lokasi, disain alinyemen, efek terhadap potongan melintang jalan, serta klasifikasi fungsi jalan dan tingkat akses jalan. Pada kesempatan ini kita akan belajar dua dari empat konsep di atas, yaitu pemahaman terhadap lokasi disain dan disain alinyemen serta potongan jalan.
|
Konfigurasi Alinemen Vertikal & Horisontal |
PEMAHAMAN TERHADAP LOKASI DISAIN
Hal yang paling krusial dalam proses desain jalan adalah prosedur penentuan lokasi yang merupakan perpaduan antara berbagai kepentingan meliputi : perencana (planner), perancang (desainer), ekonomi, ekologis, dan sosiologi berdasarkan data dan informasi yang diperoleh agar dihasilkan suatu jalan yang benar-benar sesuai dengan tujuan awal yakni mampu memberikan pelayanan yang maksimal terhadap aspek keselamatan, kenyamanan, efisiensi, kelancaran lalu lintas, serta efek sosial dan dampak lingkungan yang sekecil-kecilnya.
Rute yang baik akan mampu memberikan keuntungan pada pemakai jalan, tidak menimbulkan gejolak sosial, dan berdampak lingkungan rendah. Data-data berikut ini merupakan informasi penting yang diperlukan untuk kepentingan perancangan dan perencanaan jalan, yaitu :
- Tata guna lahan (land use), distribusi pergerakan penduduk, dan tingkat kepadatan penduduk.
- Struktur geologi lingkungan.
- Potensi ke depan dari lokasi: pabrik, pertanian, pemukiman, atau pariwisata.
- Kondisi jalan-jalan yang sudah ada (existing roads) yang melayani area tersebut.
- Kegunaan / utilitas (utility) area dan fasilitas yang sudah ada.
- Peta dari area.
DISAIN ALINYEMEN DAN POTONGAN JALAN
Disain alinyemen jalan, baik alinyemen horisontal maupun alinyemen vertikal, yang diwujudkan dalam bentuk penentuan rute adalah faktor utama untuk menentukan tingkat keamanan dan efisiensi yang sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi lokasi, karakteristik dari jalan dan fungsi jalan.
Dalam pembahasan tentang alinyemen horisontal hal yang perlu dipahami adalah bagaimana merancang suatu jalan yang baik agar mencukupi kebutuhan jarak pandangan pengemudi, serta memilih jenis tikungan horisontal dan jari-jari lengkung yang sesuai dengan lingkungan dan jenis kendaraan rencana. Sedangkan dalam perancangan alinyemen vertikal inti pokok pembahasannya adalah bagaimana mendisain jalan yang baik dalam arah vertikal yang memenuhi syarat-syarat kelandaian dan panjang kritis, menentukan jari-jari lengkung vertikal agar memenuhi jarak pandangan pengemudi, memberikan variasi kelandaian jalan dari satu kelandaian ke kelandaian berikutnya agar harmonis dan aman.
Disain alinyemen horisontal dan vertikal merupakan dua hal yang saling terkait dan tidak dapat dipishkan antara satu dengan lainnya sehingga koordinasi diantara kedua alinyemen harus dipadukan dengan seksama. Disain jalan merupakan bentuk tiga dimensi yang merupakan perpaduan keduanya. Tidak menutup kemungkinan bahwa disain alinyemen horisontal harus dirubah manakala tidak ditemukan perpaduan yang harmonis dari keduanya.
Banyak hal yang memungkinkan hal diatas terjadi, misalnya jika tikungan horisontal (tikungan tajam) berada dalam satu lokasi dengan lengkung vertikal cembung maka mutlak harus dilakukan rute ulang. Demikian pula pemaksaan terhadap disain horisontal, misalnya agar diperoleh jalan yang selurus mungkin pada daerah kontur pegunungan, akan dapat menyebabkan kelandaian vertikal yang melampaui batas atau panjang kritis yang terlampaui. Dan jika hal itu terjadi dan tidak dirubah berarti akan membuat disain yang tidak efisien dan tidak stabil akibat adnya timbunan yang sangat tinggi.
Disainer juga harus mengerti akan kondisi potongan melintang jalan yang didasarkan pada klasifikasi fungsi jalan dan kelas jalan, karena setiap kelas jalan memiliki lebar jalan, kelandaian, kecepatan rencana dan fasilitas yang berbeda-beda. Dengan memahami kondisi potongan melintang jalan (cross section) secara pasti pada setiap titik dalam rute yang dilaluinya agar dapat memastikan apakah bagian kiri-kanan jalan itu mencukupi untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang harus dipenuhi (seperti bahu jalan ataupun saluran drainase).
SUMBER REFERENSI :
Bahan Ajar Kuliah Rekayasa dan Manajemen Lalu Lintas, Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret
Artikel Terkait "Disain Alinyemen dan Potongan Jalan" :