Pulau merupakan daratan yang terbentuk secara alamiah, dikelilingi oleh air dan selalu ada di atas air pada saat air pasang (UNCLOS, 1982 dalam Asriningrum, 2004). Sementara itu definisi pulau kecil adalah pulau dengan luas kurang dari 200 km2 atau pulau yang memiliki lebar kurang dari 10 km.
GUGUSAN PULAU
Dalam pengertian secara umum dan menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan nomor Kep.34/Men/2002, gugus pulau dapat diartikan sebagai berikut : gugus pulau adalah sekumpulan pulau-pulau yang secara geografis saling berdekatan, di mana ada keterkaitan erat dan memiliki ketergantungan / interaksi antar-ekosistem, kondisi ekonomi, sosial dan budaya, baik secara individual maupun secara berkelompok.
|
Gugusan Pulau di Raja Ampat
(sumber : nusantara.asia) |
Batasan dan karakteristik gugus pulau mempunyai ciri-ciri fisik yang meliputi antara lain.
Secara fisik pulau mempunyai ciri dari kondisi seperti berikut :
- Secara geografis merupakan sekumpulan pulau yang saling berdekatan, dengan batas fisik yang jelas antarpulau.
- Dalam satu gugus pulau, pulau kecil dapat terpisah jauh sehingga bersifat insuler.
- Lebih banyak dipengaruhi oleh faktor hidroklimat laut.
- Pengertian satu gugus pulau tidak terbatas pada luas pulau, jumlah dan kepadatan penduduk.
- Biasanya pada pulau kecil dalam gugus pulau terdapat sejumlah jenis biota endemik dengan keanekaragaman biota yang tipikal dan bernilai ekonomis tinggi.
- Pada wilayah tertentu, gugus pulau dapat merupakan sekumpulan pulau besar dan kecil atau sekumpulan pulau kecil dengan daratan terdekat (propinsi / kabupaten / kecamatan) di mana terdapat saling ketergantungan pada bidang ekonomi, sosial dan budaya.
- Gugus pulau dapat terdiri dari sekumpulan pulau, atol, atau gosong (gosong adalah dataran terumbu karang yang hanya muncul di permukaan air pada saat air surut) dan daratan wilayah terdekat (dapat terdiri dari propinsi /kabupaten / kecamatan).
- Kondisi pulau-pulau kecil sangat rentan terhadap perubahan yang bersifat alamiah (bencana angin, badai, gelombang tsunami, letusan gunung berap) atau karena pengaruh manusia (fenomena kenaikan permukaan air laut, pencemaran / polusi, sedimentasi, erosi, dan penambangan).
Pulau-pulau di dunia dapat dikelompokkan menjadi 5 yaitu pulau benua, pulau vulkanik, pulau dataran rendah, pulau karang timbul dan pulau Atoll (Retraubun, 2002 dalam Asriningrum, 2004).
Secara Ekologis
Berbagai aspek yang berkaitan kondisi ekologis dapat diuraikan sebagai berikut :
- Habitat / ekosistem gugus pulau cenderung memiliki spesies endemik.
- Semakin besar jumlah pulau yang terdapat dalam satu gugus pulau maka akan lebih besar kecenderungan jumlah biota endemik.
- Memiliki jenis ekosistem yang sama pada setiap pulau.
- Melimpahnya biodivertas / keanekaragaman jenis biota laut.
Secara Sosial Budaya Ekonomi
- Penduduk asli mempunyai adat budaya dan kebiasaan yang hampir sama, dan kondisi sosial ekonomi yang khas.
- Ketergantungan ekonomi lokal pada perkembangan ekonomi luar pulau besar / induk atau kontinen.
- Aksesbilitas (ketersediaan sarana / prasarana) rendah dengan transportasi ke arah induk maksimal 1 kali sehari, di samping faktor jarak dan waktu yang terbatas.
GUGUSAN PULAU VULKANER
Indonesia memiliki tidak kurang dari 17.508 pulau besar dan kecil. Pada umumnya di sekitar pulau yang berukuran besar terdapat gugusan pulau-pulau kecil yang berderet atau mengelilinginya. Terbentuknya gugusan pulau ini, terjadi dalam waktu ribuan tahun. Proses yang terjadi dalam pulau ini yang sebagian lepas dari pulau induknya adalah proses geologis karena tekanan endogen. Sebagian dari pulau ini terjadi karena terjadinya abrasi. Terbentuknya pulau karena tekanan endogen, terjadi utamanya pada pulau-pulau karang. Sementara pulau-pulau vulkan terjadi akibat adanya tekanan eksogen yang tidak merata pada seluruh bidang permukaan bumi. Adanya susunan geologis yang tidak sama, maka sebagian permukaan ada yang menurun, sementara permukaan bumi yang lain terangkat naik maka tempat-tempat yang mengalami penurunan akan menjadi selat.
Gugusan pulau di sebelah barat pulau Sumatera, gugusan kepulauan Nusa Kambangan dan pulau Nusa Barong merupakan pengaruh pulau ini. Gugusan pulau di antara pulau Jawa dan Sumatera di mana gunung Krakatau berada merupakan bentuk gugusan pulau vulkaner. Pada umumnya gugusan pulau ini terdapat perbukitan atau gunung yang masih aktif atau tidak. Gugusan pulau ini mempunyai landscape yang indah sebab gugusan pulau ini, selainn letak pulaunya juga bentuknya memanjang dengan pulau utama, di bagian tengahnya terdapat bukit atau gunung.
Pada umumnya pulau dalam gugusan pulau ini memiliki potensi berbentuk rocky beach. Seringkali di sepanjang pantai, terdapat teluk yang sangat indah pemandangannya. Oleh karena lahan di antara perbukitan mempunyai kesuburan tanah yang tinggi maka seluruh pulau ditutupi tumbuhan berbentuk hutan.
GUGUSAN PULAU KARANG
Pulau karang dapat terjadi pada proses yang memakan waktu ratusan tahun. Batu karang yang berbentuk cincin atau batu karang yang ada di tepi, atau bahkan karang berbentuk atol, dengan adanya tekanan endogen, kemudian akan muncul berbagai pulau karang. Pulau dari karang ini dapat ditandai dengan pantai berpasir putih.
Pada pulau karang di sekitarnya diketemukan terumbu karang yang masih aktif, dengan pemandangan underwater scape yang sangat indah. Tempat terumbu karang yang masih aktif inilah yang menjadi habitat hidup ikan hias berwarna-warni yang sangat indah. Pulau Sangalaki, pulau Perawan, pulau Kakaban, kepulauan Wakatobi adalah contoh gugusan pulau karang ini.
PULAU DALAM PAPARAN
Pada hakekatnya, jutaan tahun yang lalu lima benua yang kita kenal saat ini berhubungan satu dengan lainnya. Benua Asia dan Australia menjadi satu dihubungkan oleh paparan yang dikenal dengan paparan Sunda di sebelah barat dan paparan Sunda di sebelah timur. Oleh adanya gaya endogen dan eksogen yang menimpa permukaan bumi, maka di sebagian permukaan akan terjadi pengangkatan dan sebagian yang lain terjadi penurunan. Kedua gaya inilah yang kemudian menyebabkan terbentuknya ribuan pulau di antara Asia dan Australia dan ratusan pulau di kepulauan Caribia dan Galapagos di dekat benua Amerika. Beberapa pulau berderet di sekitar benua Eropa dan di antara Eropa dan Afrika.
KEPULAUAN DI TENGAH SAMUDERA
Pulau-pulau kecil / gugusan pulau-pulau kecil adalah kumpulan pulau-pulau yang secara fungsional saling berinteraksi dari sisi ekologis, ekonomi, sosial dan budaya, baik secara individual maupun kelompok yang secara sinergis dapat meningkatkan skala ekonomi bila dilakukan pengelolaan sumber dayanya. Pulau-pulau kecil memiliki spesies yang emumnya bersifat endemik dan rentan terhadap pengaruh luar. Meskipun demikian, karena ekosistemnya bersifat khas, pulau-pulau kecil dapat menunjang pengembangan ekonomi wilayah pesisir pulau induknya melalui kegiatan-kegiatan seperti perikanan dan pariwisata.
Menurut Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41 tahun 2000, definisi, batasan, dan karakteristik pulau-pulau kecil adalah sebagai berikut :
- Pulau yang ukuran luasnya kurang atau sama dengan 10.000 km2, dengan jumlah penduduk kurang atau sama dengan 200.000 orang.
- Secara ekologis terpisah dari pulau induk (mainland island), memiliki batas fisik yang jelas, dan terpencil dari habitat pulau induk sehingga bersifat insular.
- Memiliki sejumlah jenis biota endemik dan keanekaragaman biota yang tipikal dan bernilai ekonomis tinggi.
- Daerah tangkapan (catchment area) relatif kecil sehingga sebagian besar aliran permukaan dan sedimen akan langsung masuk ke laut.
- Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pada pulau-pulau ini bersifat khas dibandingkan dengan pulau induknya.
PULAU KECIL PADA PALUNG
Di dalam peta dunia, seringkali dapat ditemukan pulau atau kepulauan yang letaknya berada ditengah laut dalam. Contohnya keberadaan pulau Christmast di lautan Hindia, pulau Natuna di tengah laut Cina Selatan. Beberapa pulau lain dapat ditemukan di antaranya kepulauan Hawai, pulau Togean, atau kepulauan Banda. Pulau semacam ini biasanya memiliki pemandangan yang indah dan mempunyai daya tarik wisata yang sangat mendukung.
Fandeli, C. dan Muhammad. 2009. Prinsip-prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press