Dengan beberapa kasus dewasa ini, banyak terjadi masalah dengan kelongsoran tebing sungai yang banyak terjadi sungai-sungai, terutama yang mempunyai arus aliran air deras. Untuk menanggulangi hal tersebut, salah satunya adalah dengan melindungi tebing sungai dengan menggunakan pohon-pohonan, Patt et al. (1999) mengusulkan beberapa metode penahan tebing dengan menggunakan vegetasi setempat,
Batang Pohon yang Tidak Teratur
Pada metode ini dapat menggunakan pohon tumbang baru dan belum dipotongi dahan dan rantingnya, yang dipasang dibagian yang mengalami longsor. Di daerah pegunungan dapat dipakai pohon pinus atau cemara. Bagian bawah (akarnya) diletakkan di hulu membujur di sepanjang tebing yang longsor. Untuk dataran rendah dapat digunakan pohon-pohon atau bambu di sekitar sungai yang ada. Pada longsoran yang panjang dapat digunakan sejumlah batang pohon yang dipasang memanjang.
|
Batang pohon yang tidak teratur (Patt et al. 1999) |
Gabungan (Ikatan) Batang dan Ranting Pohon Membujur
Pada metode ini dahan dan ranting pohon dapat diikat memanjang dan dipasang dengan dipatok disepanjang kaki tebing sungai. Fungsi utamanya adalah untuk menahan kemungkinan longsornya tebing akibat arus air. Jenis tumbuhan (ranting dan dahan) dipilih di daerah setempat misalnya batang tumbuhan "mantang-mantangan" atau bambu yang berukuran kecil. Ikatan tersebut sebaiknya ditimbun tanag sebagian sehingga terdorong untuk tumbuh. Untuk menjaga kebasahan selama masa pertumbuhan, maka ikatan tersebut harus di letakkan di bawa atau pada muka air rata-rata.
|
Gabungan (ikatan) batang dan ranting pohon membujur (Patt et al. 1999) |
Ikatan Batang dan Ranting Pohon dengan Batu dan Tanah di dalamnya.
Pada metode ini, prinsipnya sama dengan ikatan batang, hanya di bagian dalam ikatan tersebut diisi dengan batu dan tanah. Fungsi batu ini adalah sebagai alat pemberat sehingga ikatan tidak terbawa arus. Di samping itu mempermudah tumbuhnya batang dan ranting tersebut.
|
Ikatan batang dan ranting pohon dengan batu dan tanah di dalamnya (Patt et al. 1999) |
Pagar Datar
Pada metode ini dapat dibuat dengan bambu atau batang dan ranting pohon yang ada di sekitar sungai. Penancapan pilar pagar sekitar 50 cm dan jarak pilar antara 50 - 80 cm. Pagar dipasang di dasar sungai dengan bagian atas di bawah tinggi muka air rata-rata. Pemasangan pagar ini paling tepat sebelum musim penghujan. Tergantung jenis tanaman setempat, dalam waktu berapa bulan tanaman di belakang pagar sudah bisa tumbuh.
|
Pagar datar (Patt et al. 1999) |
Penutup Tebing
Pada metode ini penutup tebing untuk menanggulangi erosi ini dapat dibuat dari berbagai macam bahan, misalnya dari alang-alang, mantang-mantangan, jerami kering, rumput gajah kering, daun kelapa, dan lain-lain. Di bagian bawah dipasang ikatan batang pohon untuk penahan. Di antaranya bisa ditanami dengan tumbuhan, sebaiknya dari jenis yang ditemukan di sekitar lokasi tersebut.
|
Penutup tebing (Patt et al. 1999) |
Tanaman Tebing
Pada metode ini untuk melindungi erosi dan longsoran tebing yang terjal dapat digunakan cara seperti pada gambar. Jenis tanaman disesuaikan dengan jenis tanaman yang dijumpai di sekitar lokasi. Panjang batangnya sekitar 60 cm masukk ke dalam tanah dengan diurug di atasnya dan sekitar 20 cm yang di luar. Dengan cara pengurugan in didapat kondisi tanah yang gembur dan memungkinkan hidupnya tanaman tersebut. Dengan masukan sedalam 60 cm ke dalam tanah maka akan didapat tanaman yang kuat mengikat tebing sungai.
|
Tanaman tebing (Patt et al. 1999) |
Penanaman Tebing
Pada metode ini tebing-tebing sungai yang tanpa tumbuhan sebaiknya sesegera mungkin ditanami. Jenis tumbuhannya dapat dipilih dari daerah setempat. Bambu adalah salah satu jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di sepanjang sungai di Indonesia. Penanaman bambu dapat dilakukan dengan memilih beberapa jenis bambu yang sesuai dengan lebar dan kedalaman sungai. Jenis bambu yang pendek dan kecil dapat ditanam pada sungai yang relatif kecil. Sedang jenis bambu yang tinggi dan berbatang besar digunakan pada tebing sungai besar. Tanaman di tebing sungai ini selain berfungsi sebagai pelindung juga berfungsi sebagai retensi aliran, sehingga kecepatan aliran turun dan banjir di hilir dapat dikurangi.
|
Penanaman tebing (Patt et al. 1999) |
Tanaman antara Pasangan Batu Kosong
Pada metode ini pasangan batu kosong akan lebih kuat jika di celah-celahnya ditanami tumbuhan yang sesuai. Dengan adanya tumbuhan tersebut, batu akan semakin kokoh terikat pada tebingnya.
|
Tanaman antara pasangan batu kosong (Patt et al. 1999) |
Krip Penahan Arus
Pada metode ini krip penahan arus atau pembelok arus dapat dibuat baik dari batu-batu kosong, pagar datar, atau batu dan akar / potongan pohon bagian bawah. Dengan krip ini akan terjadi sedimentasi di sekitar krip khususnya di belakang krip. Dengan sedimentasi ini maka tebing di belakang krip akan terlindungi.
|
Krip penahan arus (Patt et al. 1999) |
SUMBER REFERENSI :
Maryono, A., 2005. Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai. Yogyakarta : Magister Sistem Teknik Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada
Artikel Terkait "Perlindungan Tebing Sungai dengan Pohon-Pohonan" :