Pada umumnya penduduk desa memiliki beberapa lahan yang diusahakan berbeda-beda. Menurut Notohadinegoro (1977) lahan merupakan penjelmaan keseluruhan faktor atau kakas
(force) di suatu tapak
(site) yang mempengaruhi atau berperan dalam hidup dan kehidupan suatu makhluk dan masyarakat.
Di desa, lahan sawah diusahakan untuk pangan. Lahan pekarangan di dalamnya dipergunakan untuk bangunan rumah. Lahan tegalan diusahakan untuk tanaman musiman dan tahunan secara berkeseimbangan. Sementara lahan kebun campur ditekankan pengusahaannya untuk tanaman tahunan berupa pohon.
Menurut asalnya, tegalan dan kebun campur merupakan bentuk vegetasi buatan manusia. Meskipun demikian karena di dalamnya merupakan komunitas vegetasi, maka deskripsi vegetasi dapat dilakukan terhadapnya. Kebutuhan untuk mendeskripsikan vegetasi kebun campur timbul langsung dari adanya minat untuk maksud ilmiah maupun untuk keperluan praktis (Marsono, 1997). Di samping itu bentuk kebun yang jenisnya campur terdapat pula perkebunan. Lahan perkebunan ini, ditanam dengan jenis holtikultura atau jenis perdagangan yang biasanya hanya satu jenis dan diusahakan oleh perusahaan atau pengusaha rakyat.
Masyarakat tumbuhan mempunyai suatu kenampakan atau wujud tertentu. Kenampakan atau wujud suatu masyarakat tumbuhan itu disebut
fisiognomi. Fisiognomi ini dapat dipergunakan untuk melukiskan suatu vegetasi. Vegetasi yang tumbuh dilahan kebun campur terdiri atas kumpulan jenis pohon. Kumpulan jenis pohon ini dengan mudah dapat dibedakan dengan vegetasi lahan pohon di sekitarnya. Oleh karenanya dalam uraian kebun campur sering diketemukan istilah tegakan. Kumpulan pohon yang tumbuh dalam suatu lahan disebut dengan tegakan (Smith, 1972). Pada umumnya di dalam suatu kebun campur ditumbuhi oleh kumpulan pohon yang membentuk suatu tegakan.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuhan yang biasanya terdiri atas berbagai jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Di antara individu terdapat interaksi antara tumbuhan itu dengan faktor lingkungannya. Cara pengusahaan lahan di kebun campur mirip dengan pangusahaan hutan. Menurut (Marsono, 1977), di dalam suatu pengusahaan hutan harus selalu menjaga kestabilan ekosistem dan lingkungannya.
Menurut Maydel dan Satjapraja (1981), komunitas tegakan di suatu lahan dapat mencegah teradinya erosi dan tanah longsor, di samping mempunyai efek stabilitas dan keseimbangan terhadap neraca air, memberikan perlindungan, bertindak sebagai penahan angin dan memperbaiki struktur serta persediaan hara dalam tanah. Pada kondisi tertentu komunitas tegakan ini dapat memberi pengaruh positif terhadap iklim setempat atau iklim mikro. Di dalam suatu tegakan kebun campur terbentuknya iklim mikro ditandai dengan terbentuknya elemen iklim yaitu suhu, kelembaban yang relatif berbeda dengan di luarnya (Grey & Deneke, 1986). Suatu kebun campur yang di dalamnya terbentuk kumpulan pohon mempunyai peranan yang besar dalam aspek sosial dan ekonomi di desa. Di samping itu kebun campur mempunyai peranan ekologi.
Iklim merupakan gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari atau dapat dikatakan iklim merupakan cuaca rata-rata. Sedangkan cuaca adalah keadaan atau kelakuan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah setiap waktu atau dari waktu ke waktu. Iklim disusun oleh unsur-unsur yang sama dengan unsur-unsur yang menyusun cuaca. Untuk mencari harga rata-rata cuaca ini tergantung dari kebutuhan atau keadaan. Hanya perlu diketahui bahwa untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan iklim harus mendasarkan pada harga normal, yaitu harga rata-rata cuaca selama 30 tahun, yang merupakan persetujuan internasional (Wisnubroto dkk, 1981). Iklim dapat dipandang sebagai kebiasaan-kebiasaan alam yang berlaku dan digerakkan oleh unsur-unsur radiasi matahari, temperatur, kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi, tekanan udara dan angin.
Oleh karena iklim di suatu tempat disusun oleh unsur-unsur yang variasi banyak, maka hampir tidak mungkin untuk dua tempat mempunyai iklim yang sama. Sebetulnya hampir tidak terbatas jumlah iklim di permukaan bumi ini. Dengan demikian diperlukan penggolongan dalam kelas atau tipe iklim. Perlu diketahui bahwa semua klasifikasi iklim itu buatan manusia sehingga masing-masing cara penggolongan iklim ada segi kebaikan dan keburukannya. Ada persamaan tujuan yaitu berusaha untuk menyederhanakan jumlah iklim lokal yang tidak terbatas jumlahnya menjadi golongan yang jumlahnya relatif sedikit dengan kelas-kelas yang mempunyai sifat penting bersamaan.
Fontanel dan Chantefort (1978) telah membuat klasifikasi bioiklim yang mendasarkan pada parameter curah hujan, suhu rata-rata dan jumlah bulan kering. Klasifikasi bioiklim ini dapat digunakan untuk membedakan vegetasi penutup lahan dalam suatu wilayah, sehingga iklim berdimensi rangkap yaitu suatu iklim makro dapat membentuk suatu vegetasi tertentu. Sementara iklim (mikro) terbentuk oleh suatu kondisi penutupan vegetasi.
Fandeli, C. dan Muhammad. 2009. Prinsip-prinsip Dasar Mengkonservasi Lanskap. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Artikel Terkait "Lanskap Kebun Campur" :