Dewasa ini terdapat berbagai klasifikasi atau pengelompokan sungai besar, sungai menengah dan sungai kecil. Klasifikasi yang digunakan biasanya berdasarkan pada lebar sungai, kedalaman sungai, kecepatan aliran air, debit dan luas Daerah Aliran Sungai (DAS).
Dari sudut pandang ekologi terdapat klasifikasi berdasarkan vegetasi yang hidup di tebing atau pinggir sungai. Sampai sekarang belum ada klasifikasi yang bisa disetujui dan digunakan secara universal. Berikut ini beberapa klasifikasi / definisi yang membedakan sungai besar, sungai menengah, dan sungai kecil.
Klasifikasi Menurut Kern (1994)
Tabel Klasifikasi Menurut Kern (1994)
Klasifikasi Sungai
|
Nama
|
Lebar Sungai
|
Sungai Kecil | Kali kecil dari suatu mata air
Kali kecil |
< 1 m
1 - 10 m
|
Sungai Menengah | Sungai kecil
Sungai menengah
Sungai |
10 - 20 m
20 - 40 m
40 - 80 m
|
Sungai Besar | Sungai besar
Bengawan |
80 - 220 m
> 220 m
|
Klasifikasi Menurut Heinrich dan Hergt (1999)
Tabel Klasifikasi Menurut Heinrich dan Hergt dalam Atlas Okologie (1999)
Nama
|
Luas DAS
|
Lebar Sungai
|
Kali kecil dari suatu mata air |
0 - 2 km2
|
0 - 1 m
|
Kali kecil |
2 - 50 km2
|
1 - 3 m
|
Sungai kecil |
50 - 300 km2
|
3 - 10 m
|
Sungai Besar |
> 300 km2
| > 10 m |
Klasifikasi Menurut Helfritch et al. (dalam Heinrich dan Hergt, 1998)
Sungai kecil disebut juga dalam Bahasa Inggris brooks, branceshes, creeks, forks, dan runs, tergantung bahasa lokal masing-masing daerah yang ada. Semuanya berarti sungai kecil. Sedang terminologi yang membedakan sungai kecil (stream) dan sungai besar (river) hanya tergantung kepada pemberi nama pada pertama kalinya. Selantnya sungai kecil didefinisikan sebagai air dangkal yang mengalir di suatu daerah dengan lebar aliran tidak lebih 40 m pada muka air normal. Sedang kondisi yang lebih besar dari sungai kecil ini disebut sungai atau sungai besar.
Klasifikasi Berdasarkan Vegetasi (LFU, 2000)
Sungai kecil adalah sungai di mana dahan dan ranting vegetasi pada kedua sisi tebingnya dapat menutupi sungai yang bersangkutan.
Klasifikasi Menurut Leopold et al. (1964)
Leopold et al. (1964) mengklasifikasikan sungai kecil dan sungai besar berdasarkan lebar sungai, tinggi sungai, kecepatan aliran sungai, dan debit sungai, yang dapat dilihat pada grafik berikut ini.
|
Karakteristik Sungai berdasarkan Lebar Sungai |
|
Karakteristik Sungai berdasarkan Kedalaman Sungai |
|
Karakteristik Sungai berdasarkan Kecepatan Aliran Sungai |
Klasifikasi di atas dipandang sebagai klasifikasi yang paling komplit karena memasukkan semua faktor fisik penting untuk sungai. Pada gambar tersebut terlihat jika lebar sungai cukup besar tapi debit air kecil maka sungai merupakan sungai kecil. Sedangkan sebaliknya jika lebar sungai tidak terlalu besar namun debitnya besar maka bisa di sebut sebagai sungai atau sungau besar, karena kedalaman maupun kecepatan aliran sungai tersebut besar.
Untuk penggunaan di Indonesia, di mana ditemukan jenis sungai dengan berbagai variasi lebar dan kedalaman serta debit alirannya, maka klasifikasi menurut Leopold et al. (1964) ini sangat cocok. Selanjutnya dapat diperdetail dengan klasifikasi menurut Kern (1994).
Di samping klasifikasi tersebut ada klasifiksi berdasarkan orde sungai, misalnya sungai paling kecil di hulu dalam suatu DAS disebut sungai orde 1. Pertemuan antara sungai orde 1 menghasilkan sungai orde 2, selanjutnya pertemuan antara sungai orde 2 menghasilkan sungai orde 2, dan seterusnya. Sementara pertemuan antara sungai dengan orde yang berbeda tidak menghasilkan sungai orde berikutnya, namun tetap menjadi sungai orde terbesar dari kedua sungai yang bertemu tersebut. Klasifikasi ini tidak selalu bisa dikaitkan dengan besar-kecilnya, lebar-sempitnya, atau dalam-dangkalnya suatu sungai.
Pengertian pembagian sungai menjadi besar, sedang dan kecil ini penting kaitannya dengan penelaahan sifat-sifat sungai pada umumnya. Sungai-sungai kecil akan mempunyai karakteristik yang hampir sama, demikian juga sungai sedang dan sungai besar. Perkembangan terakhir dalam teknik sungai kaitannya dengan ekologi, semakin banyak ahli sungai yang memfokuskan penelitian pada sungai-sungai kecil (misalnya Kern, 1994; Traibing, 1999; dan lain-lain), karena pada sungai kecil ini keterkaitan antara faktor fisik hidraulik-morfologi dan faktor ekologi dapat diamati secara mudah. Sehingga pengelolaan sungai kecil kaitannya dengan konsep eko-hidraulik sangat penting. Apalagi pada era sekarang ini, dimana perhatian para pengambil keputusan masih terpusat pada penanganan sungai besar.
SUMBER REFERENSI :
Maryono, A., 2005. Eko-Hidraulik Pembangunan Sungai. Yogyakarta : Magister Sistem Teknik Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada
Artikel Terkait "Klasifikasi Sungai" :