Gaya bahasa atau majas ialah daya / kemampuan menimbulkan keindahan dalam berbahasa atau cipta sastra. Menurut sifatnya majas atau gaya bahasa dibedakan atas :
- Majas yang menyatakan perbandingan.
- Majas yang menyatakan sindiran.
- Majas yang menyatakan pertentangan.
- Majas yang menyatakan penegasan.
Untuk lebih memahami mengenai macam-macam majas di atas, kita akan mempelajarinya bersama-sama pada kesempatan kali ini, satu per satu disertai dengan contoh-contohnya seperti berikut.
|
Materi Bahasa Indonesia |
MAJAS PERBANDINGAN
Personifikasi ialah majas dengan cara menghidupkan benda mati yang seolah-olah dapat berbuat seperti manusia.
Contoh :
- Rumput kering menangis sedih menanti sang embun pagi.
- Ombak ria berkejar-kejaran mengecup pantai.
- Sang bayu berbisik menyampaikan berita dari jauh.
Metafora ialah membandingkan sesuatu benda dengan benda lain yang mempunyai persamaan sifat.
Contoh :
- Dewi malam telah keluar dari peraduannya.
- Semangat juangnya menyala-nyala.
- Ia telah menjadi sampah masyarakat.
Asosiasi ialah perbandingan yang menimbulkan asosiasi / kesan terhadap benda yang telah disebut. Biasanya menggunakan kata-kata perbandingan misalnya : laksana, seperti, sebagai, hak, bagai, dll
Contoh :
- Mukanya pucat seperti bulan kesiangan.
- Semangatnya keras bagai baja.
- Wajahnya muram laksana bunga ditimpa panas.
Alegori ialah perbandingan suatu benda / peristiwa dengan beberapa kiasan yang membentuk satu kesatuan.
Contoh :
- Kedua remaja itu sepakat untuk bersama mengemudikan bahtera kehidupan.
- Bunga yang sedang mekar itu semerbak baunya. (gadis menginjak dewasa)
- Wahai rumput kering, jangan mati di tanah terbaring, sabarlah sampai turun hujan membasahi bumi.
Simbolik ialah melukiskan sesuatu dengan lambang / simbol.
Contoh :
- Jangan pinjam uang kepada lintah darat.
- Hati mati bersikap dengan seorang bunglon.
- Kekasihku isi hatiku dengan katamu.
Tropen adalah kiasan dengan menggunakan kata yang tepat dan sejajar artinya dengan pengertian yang dimaksud.
Contoh :
- Dia duduk melamun, hanyut dibawa perasaannya.
- Bapak presiden terbang ke Jepang.
- Berhari-hari ia terbenam dalam buku.
Metonimia adalah ungkapan pengganti nama dari benda yang dimaksud.
Contoh :
- Dia suka menghisap Gudang Garam.
- Mereka datang mengendarai Kijang
- Amir pergi ke luar negeri dengan Garuda.
Litotes / hiperbola negatif ialah majas dengan menggunakan kata yang berlawanan dengan yang dimaksud dengan tujuan untuk merendahkan diri terhadap lawan bicara.
Contoh ;
- Nantikan sekejap mata saja aku segera kembali.
- Silahkan mampir ke gubug saya.
- Makanlah seadanya, walaupun hanya dengan garam.
Hiperbola yaitu dengan memperbesar sesuatu hal secara berlebihan.
Contoh :
- Suaranya menggelegar membelah angkasa.
- Akhir-akhir ini harga kebutuhan hidup semakin mencekik leher.
Eufimisme ialah ungkapan pelembut agar lebih sopan.
Contoh :
- Anak pak parman telah berubah akal.
- Pendapat saudara benar tetapi kurang mengena.
Sinekdokhe pars pro toto ialah menyebutkan sebagian untuk keseluruhan.
Contoh :
- Sudah lama ia tidak tampak batang hidungnya.
- Kemarin ayah membeli tiga ekor kambing.
Alusio ialah menghias dengan menggunakan ungkapan / peribahasa yang sudah umum dimaklumi.
Contoh :
- Jangan seperti kura-kura dalam perahu.
- Kamu ini pura-pura saja, sudah gaharu cendana pula.
Sinekdokhe tutom pro parte ialah menyebutkan sesuatu secara keseluruhan namun hanya untuk seagian.
Contoh :
- Bangsa Indonesia sibuk menyelenggarakan PON XV.
- Kaum putri memperingati hari Kartini.
Antonomasia ialah sebutan pengganti nama karena sifat yang dimiliki.
Contoh :
- Si Hitam manis belum juga hadir.
- Si Gendut memang sangat lincah.
Perifrase ialah dengan cara mengurai / mengembangkan sepatah kata.
Contoh :
- Jangan terlalu materialistis (menjadi - jangan terlalu mempertahankan harta benda).
- Pagi-pagi ia sudah berangkat (menjadi - ketika sang surya keluar dari peraduannya berangkatlah ia).
MAJAS SINDIRAN
Ironi ialah sindiran sindiran dengan cara menyebutkan sebaliknya dari yang sebenarnya.
Contoh :
- Pintar benar anak bapak. (nakal)
- Rajin benar kau bekerja, semua pekerjaan tak ada yang beres.
- Manis benar kopi yang kau buat. (pahit)
Sinisme ialah sindiran dengan menggunakan kata-kata yang sebenarnya dan serasa kasar.
Contoh :
- Mau muntah aku melihat tampangmu itu.
- Dengan sifatmu yang acuh bila diterangkan, semoga kau lulus dengan nilai baik.
- Wangi benar bau badanmu, satu minggu tidak mandi.
Sarkasme ialah sindiran yang kasar dan biasanya diucapkan oleh orang yang sedang marah.
Contoh :
- Mampus pun engkau, tak ada peduliku.
- Muak sekali aku melihatmu.
MAJAS PERTENTANGAN
Paradoks ialah menggunakan dua pernyataan yang seolah-olah bertentangan tetapi sebenarnya tiadk.
Contoh :
- Gajinya besar tetapi hidupnya melarat.
- Dia kaya namun merasa menderita.
Antitesis ialah pertentangan yang menggunakan paduan kata yang berlawanan arti.
Contoh :
- Tua-muda, besar-kecil hadir dalam pertemuan itu.
- Susah-senang, kepuasan dan kekecewaan mewarnai kehidupan manusia.
Kontradiksi in terminis ialah menyatakan suatu pertentangan dengan apa yang sudah dikatakan semula.
Contoh :
- Semua sudah hadir kecuali amir.
- Semua persiapan dan bekal sudah siap kecuali uang saku.
Anakronisme ialah mengemukakan pernyataan yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya saat itu.
Contoh :
- Konon kabarnya Raja Hayam Wuruk suka musik dangdut.
- Nenek tua itu pada tahun dua puluhan pernah menerima Piala Citra.
MAJAS PENEGASAN
Pleonasme ialah mempergunakan kata-kata yang sama atau hampir sama dalam satu kalimat. Sebenarnya hal ini tidak perlu, sebab arti kata yang kedua sudah tersimpul pada kata yang pertama.
Contoh :
- Dukun itu menengadah ke atas sambil membaca mantra.
- Saya melihat dengan mata kepala sediri kejadian itu.
Repetisi ialah dengan menyebutkan sepatah kata berkali-kali dalam satu kalimat untuk mempertegas.
Contoh :
- Cinta adalah kebahagiaan, cinta adalah keindahan, dan cinta adalah pengorbanan.
- Di sini aku dilahirkan, di sini aku dibesarkan, dan di sini aku dikuburkan.
Paralelisme ialah perulangan penggunaan kata dalam puisi. Jika di awal kalimat tersebut anapora dan jika di akhir kalimat tersebut disebut epipora.
Contoh :
- Sunyi itu duka
- Sunyi itu kudus
- Sunyi itu lupa
- Sunyi itu lampus
Tautologi ialah menggunakan sepatah kata berulang-ulang dalam satu kalimat atau sinonimnya.
Contoh :
- Disuruhnya aku menanti, menanti dan sekali lagi menanti tetapi aku tidak tahan lagi.
- Kehendak dan keinginannya agar anaknya kelak menjadi orang yang berguna.
Klimaks ialah menyebutkan sesuatu hal semakin lama semakin meningkat.
Contoh :
- Dari kecil sampai dewasa bahkan sampai setua ini engkau belajar juga tak pandai-pandai.
- Kunanti kedatanganmu dari hari ke hari, bulan ke bulan bahkan bertahun-tahun kau tak pernah datang.
Antiklimaks ialah menyebutkan sesuatu semakin lama semakin menurun.
Contoh :
- Jangankan sepuluh ribu, seribu rupiah pun aku tak ada uang.
- Kakeknya, ayahnya, dia sendiri dan anaknya tak luput dari penyakit.
Inversi ialah dengan menggunakan pola kalimat predikat - subjek atau susun balik.
Contoh :
- Tak terkabulakn permintaannya.
- Besar sekali semangatnya.
Retoris yaitu menggunakan kata-kata tanya yang menyatakan kesangsian atau ejekan.
Contoh :
- Inikah yang namanya belajar?
- Mana mungkin orang mati hidup kembali?
Preterito ialah dengan cara penulis menyembunyikan sebagian dari apa yang dikemukakan dan membaca agar mencari sendiri kelanjutannya.
Contoh :
- Apa gunanya kukatakan lahi? Bukankah itu sudah menjadi rahasia umum.
- Betapa cantiknya itu lihat saja nanti !
Koreksio ialah majas yang dipakai jika akan membetulakn kembali apa yang sudah diucapkan baik yang disengaja atau tidak.
Contoh ;
- Dia adikku, eh bukan kakakku !
- Ibu ada didapur, eh bukan dikamar mandi !
Asidenton yaitu menyebutkan sesuatu hal secara berturut-turut tanpa kata sambung.
Contoh :
- Meja, kursi, lemari itu dimasukkan dalam kamarnya.
- Ia membeli sepatu, baju, celana, yang mahal-mahal harganya.
Polisidenton ialah menyebutkan sesuatu hal berturut-turut dengan kata sambung.
Contoh :
- Setelah pekerjaannya selesai, berkemaslah, sesudah itu pulang karena situasi sudah mulai gelap.
- Mula-mula dipanggilnya anak itu, kemudian didekatinya dan diajaknya berbincang-bincang akhirnya mereka pergi bersama.
Interupsi yaitu dengan cara menyisipkan frase di tengah kalimat.
Contoh :
- Aku kalau tidak terpaksa tidak akan melakukan hal itu.
- Pak karto lurah desa kampung itu sangat bijaksana.
SUMBER REFERENSI :
Bahan Ajar Pelajaran Bahasa Indonesia di SMK N 2 Pengasih oleh Drs. Suwandi
Artikel Terkait "Gaya Bahasa atau Majas" :