Pada pembangunan transportasi sungai, terdapat dilema yang sangat tajam antara kebutuhan transportasi sungai yang sekaligus sebagai upaya memelihara sungai, dengan dampak negatif yang ditimbulkan jika sungai secara besar-besaran (over development) digunakan sebagai alur transportasi.
Sehingga transportasi di sungai harus direncanakan sesuai dengan karakteristik sungai, dan diusahakan tidak melampaui daya dukung sungai. Misalnya kedalaman trag (celup) kapal tidak hanya didasarkan atas pertimbangan hidraulik namun juga pertimbangan ekologi dasar sungai yang ada.
Selain itu juga perkerasan tebing sungai untuk menanggulangi erosi akibat gelombang kapal tidak hanya dirancang berdasarkan pertimbangan hidraulik (seperti pembangunan beton atau pasangan batu), namun juga harus memasukkan unsur ekologi. Misalnya dikembangkan perlindungan tebing sungai dengan vegetasi, sehingga secara ekologi dan hidraulik dapat digunakan sebagai penahan gelombang.
|
Transportasi Sungai di Banjarmasin, Kalimantan Selatan
(sumber : kalimantanpost.com) |
Berikut ini adalah dampak negatif akibat pembangunan sungai khususnya untuk digunakan sebagai sarana alur transportasi, khususnya transportasi kapal-kapal besar yang tidak sesuai dengan karakteristik dan kapasitas sungai yang dilewati. Dampak negatif di sini perlu dijabarkan dalam upaya pengembangan rekayasa wilayah keairan yang ramah lingkungan.
DAMPAK ABIOTIK
Dampak abiotik pembangunan transportasi sungai diantaranya adalah terjadi kerusakan struktur dasar sungai karena laju kapal atau propeler kapal di samping juga penurunan atau peningkatan muka air, kenaikan tinggi gelombang, polusi, dan kerusakan tebing sungai akibat gempuran gelombang kapal. Dengan ukuran kapal dan laju kecepatan yang tidak proporsional dengan ukuran sungai maka seluruh komponen abiotik badan sungai akan mengalami perubahan atau kerusakan.
Kerusakan Struktur Dasar Sungai
Transportasi air akan dapat merusak struktur dasar sungai seperti riffle, dune, dan antidune. Di samping itu aktivitas pengerukan dasar sungai untuk memperlancar transportasi sungai juga dapat berakibat negatif bagi seluruh ekosistem dasar sungai yang ada.
Contoh paling mudah adalah dengan pengerukan dasar sungai akan menyebabkan rumput air tercabut akarnya. Ikan yang menggantungkan hidupnya pada rumput tersebut akan punah. Seluruh flora dan fauna dasar sungai akan hancur, karena habitatnya berubah total.
Perubahan Frekuensi Penurunan dan Kenaikan Muka Air
Sungai alamiah pada umunya memiliki frekuensi penurunan dan kenaikan muka air spesifik. Dengan berkembangnya lalu lintas sungai berikut bangunan-bangunan pelengkapnya seperti sluice-gate (pintu-pintu pengatur kedalaman air sungai) dan krip-krip pengarah arus akan dapat menyebabkan perubahan frekuensi tinggi muka air. Perubahan frekuensi air dapat berdampak negatif terhadap jenis flora dan fauna air tertentu. Pada dekade ini belum ditemukan teknologi eko-hidraulik untuk menanggulangi masalah ini.
Peningkatan Frekuensi dan Amplitudo Gelombang Permukaan Air Sungai
Secara alamiah karena pengaruh angin atau pasang surut pada sungai yang cukup lebar akan selalu terjadi gelombang permukaan. Dengan berkembangnya transportasi sungai maka akan terjadi peningkatan frekuensi serta amplitudo gelombang tersebut. Di samping itu dengan meningkatnya gelombang permukaan ni akan berpengaruh terhadap stabilitas tebing sungai.Hal ini akan berpengaruh juga terhadap fauna yang tinggal di sungai karena gangguan gelombang tersebut akan mengusik / menggangu ritme hidup fauna sungai tersebut. Pengurangan dampak negatif dari gelombang ini adalah dengan memilih dan mengembangkan kapal-kapal yang tidak menimbulkan gelombang yang besar.
Kerusakan Proteksi Tebing Sungai
Dengan adanya kapal-kapal yang lalu lalang di sebuah sungai maka konsekuensinya adalah perlunya proteksi tebing sungai. Dengan pertambahan intensitas pelayaran, maka bahaya berikutnya adalah rusaknya proteksi tebing sungai yang telah dibuat.
Gempuran gelombang kapal dapat menyebabkan peningkatan tendensi erosi tebing sungai. Peningkatan pelayaran biasanya dibarengi dengan pembuatan talud dan pelindung tebing. Tanaman tepi sungai kemudian ditebang agar jarak pandang dan kebersihan sungai terjaga. Namun dengan adanya penebangan tanaman tepi sungai ini akan berakibat fatal yaitu peningkatan kecepatan arus, erosi tebing dan sedimentasi di tempat-tempat tertentu. Pada prinsipnya penebangan vegetasi tepi sungai tidak perlu dilakukan karena vegetasi tepi sungai dapat meredam gelombang yang diakibatkan kapal serta menurunkan energi arus air. Pemilihan kapal yang tidak menimbulkan gelombang besar perlu dilakukan untuk mengatasi masalah ini.
Peningkatan Polusi Air Sungai
Transportasi air akan menimbulkan dampak berupa polusi air secara langsung, baik dari bahan bakar yang dipakai maupun bahan-bahan yang diangkut. Secara komutatif polusi ini akan berakibat pada kehidupan dan lingkungan flora dan fauna sungai yang ada. Di samping polusi air juga polusi suara yang berdampak negatif terhadap fauna yang hidup di sepanjang sungai. Dalam hal ini perlu dikembangkan pemeliharaan kapal sehingga tingkat kebocoran bahan bakar dapat ditekan dan juga tingkat kebisingan dapat diturunkan.
DAMPAK BIOTIK
Dampak biotik akibat pengembangan transportasi sungai adalah semakin menurunnya kualitas dan kuantitas habitat sungai dan akibat selanjutnya adalah penurunan jumlah flora dan fauna sungai. Semakin intensif transportasi sungai mengakibatkan semakin intensifnya gangguan terhadap habitat flora dan fauna sungai. Dalam hal ini perlu penelitian daya dukung ekologi lingkungan sungai kaitannya dengan pemanfaatannya untuk transportasi air.
SUMBER REFERENSI :
Maryono, A., 2007. Restorasi Sungai. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press